BATAM (Kepri.co.id) – Badan Pengusahaan (BP) Batam terus gencar melakukan sosialisasi, terhadap warga yang terdampak pengembangan Rempang Eco-City.
Seperti sosialisasi dan pendataan yang dilakukan BP Batam di akhir pekan, Sabtu (23/9/2023).
Hasilnya perlahan tapi pasti, masyarakat yang terdampak investasi Rempang Eco-City, mulai bersedia menempati hunian sementara yang telah disiapkan BP Batam.
Kesediaan warga tersebut tak terlepas dari komitmen BP Batam untuk terus melakukan pendekatan persuasif selama berlangsungnya sosialisasi dan pendataan oleh tim satuan tugas.
Hal ini selaras dengan instruksi Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, yang meminta tim pendataan mengutamakan tindakan yang humanis serta komunikasi persuasif selama di lapangan.
“Kabar baiknya, jumlah warga yang bersedia untuk menempati hunian sementara selama rumah pengganti dibangun terus bertambah,” ujar Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait.
Ariastuty mengungkapkan, pihaknya akan terus bekerja maksimal hingga investasi bisa terealisasi. Termasuk memaksimalkan sosialisasi kepada masyarakat sekitar Kawasan Rempang.
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam beberapa kesempatan, jumlah masyarakat yang terdampak pembangunan Rempang Eco-City seluas 2.000 hektare tersebut sebanyak 700 kepala keluarga (KK).
“Sesuai arahan Kepala BP Batam, tindakan yang humanis dan komunikasi persuasif merupakan kunci penting keberhasilan pembangunan. Sehingga, warga akan membuka diri menerimanya,” tambah Ariastuty.
Sementara itu, Leha (63), warga Sembulang Tanjung, mengaku siap pindah ke hunian sementara.
Nek Leha, begitu panggilan akrabnya, mengatakan, dirinya dan keluarga telah mendaftar ke Kantor Camat Galang untuk menempati hunian tersebut.
“Saya sudah daftar dan siap pindah. Tidak pernah ada paksaan dari tim. Kalau saya tak mendukung, tak mungkin saya datang ke Kantor Camat Galang mendaftar,” ujarnya saat ditemui.
Nek Leha yang sudah turun-temurun tinggal di Sembulang Tanjung tersebut berharap, pemerintah dapat segera menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat saat ini.
Di mana, warga masih bertanya terkait kejelasan biaya hidup yang akan diberikan selama menempati hunian sementara.
“Mungkin jodoh nenek dengan Sembulang ini sudah habis. Jadi nenek berharap, pemerintah segera menyiapkan rumah (hunian) baru kami,” pungkasnya. (rud)