WASHINGTON (Kepri.co.id – Xinhua) – Amerika Serikat (AS) telah menahan pengiriman bantuan senjata jangka pendek untuk Israel, karena sangat khawatir atas kemungkinan operasi militer skala besar yang dilancarkan pasukan Israel di Rafah. akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dari warga sipil dalam jumlah besar. Demikian disampaikan Departemen Luar Negeri (Deplu) AS, Rabu (8/5/2024).
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengonfirmasi penangguhan bantuan keamanan untuk Israel itu dalam sebuah konferensi pers, dan mengatakan kepada wartawan, pemerintahan Presiden AS, Joe Biden sedang meninjau pengiriman lainnya seiring perkembangan situasi di Rafah.
“Kami memiliki kekhawatiran yang sangat besar mengenai potensi operasi Rafah. Kami khawatir mengenai dampaknya terhadap penduduk sipil,” ujar Miller, seraya menambahkan, kekhawatiran AS dipicu “cara Israel melancarkan operasinya di masa lalu dan apa dampaknya terhadap penduduk sipil.”
Konfirmasi Miller mengenai penangguhan tersebut, muncul beberapa hari setelah sejumlah media AS melaporkan langkah pemerintah itu, dengan Axios, yang kali pertama memublikasikan laporan tersebut, mengutip pernyataan seorang pejabat senior pemerintah yang mengatakan, senjata yang ditahan termasuk 1.800 bom berbobot 2.000 pon dan 1.700 bom berbobot 500 pon.
“Kami juga khawatir mengenai dampak setiap potensi operasi terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan,” ujar Miller, sembari mendesak Israel membuka perlintasan Rafah, sehingga bantuan kemanusiaan dapat terus mengalir ke Gaza.
Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengungkapkan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (7/5/2024) pagi, pasukannya “berhasil mengambil alih kendali operasional perlintasan Rafah di sisi Gaza” menyusul “operasi kontraterorisme presisi” yang dilancarkan semalaman terhadap Hamas.
Miller mengatakan, serangan IDF ke Rafah dilakukan tanpa persetujuan AS, sembari menambahkan bahwa Washington memandang tetap dibukanya perlintasan Rafah sebagai “prioritas utama.”
Sebelumnya pada Rabu (8/5/2024), saat dia bersaksi terkait proposal anggaran tahun fiskal 2025 Pentagon, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin mengungkapkan kepada para senator di Capitol Hill, Pentagon “akan terus melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan Israel memiliki sarana mempertahankan diri.”
“Namun demikian, kami saat ini sedang meninjau beberapa pengiriman bantuan keamanan jangka pendek dalam konteks insiden yang terjadi di Rafah,” tambahnya. (asa/ xinhua-news.com)