MEDAN (Kepri.co.id – Xinhua) – Warga keturunan Tionghoa di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara, merayakan Festival Hantu Lapar (Hungry Ghost Festival) sebagai bagian dari tradisi penting dalam kalender lunar Tionghoa.
Puncak perayaan tahun ini jatuh pada 6 September 2025, bertepatan dengan hari ke-15 bulan ketujuh dalam penanggalan Imlek. Dalam kepercayaan Tionghoa, hari tersebut diyakini sebagai waktu ketika gerbang antara dunia arwah dan dunia manusia terbuka paling lebar.
Oleh karena itu, masyarakat tidak hanya menggelar sembahyang untuk leluhur, tetapi juga memberikan persembahan kepada roh-roh gentayangan atau roh tanpa keturunan yang tidak memiliki siapa pun untuk mendoakan mereka.
Rangkaian perayaan biasanya melibatkan pembakaran kertas “uang” berwarna kuning, yang dipercaya akan menjadi bekal spiritual bagi arwah di alam baka. Kertas tersebut dibakar bersama aneka makanan persembahan seperti kue-kue, manisan, minuman, dan buah-buahan. Setelah prosesi sembahyang selesai, makanan yang telah dipersembahkan biasanya dibawa pulang dan disantap bersama keluarga.
Bagi masyarakat Tionghoa, hal ini bukan sekadar simbol bahwa arwah telah menerima persembahan, tetapi juga bentuk nyata dari rasa syukur, kebersamaan, dan penghormatan atas perlindungan leluhur yang diyakini membawa berkah bagi keluarga yang masih hidup. Mari simak melalui rangkaian foto berikut ini! (hen/ xinhua-news.com)





BERITA TERKAIT:Legenda Pulau Kemaro sebagai Simbol Harmoni dan Budaya Tionghoa di Sumatera Selatan
Menelusuri Jejak Panjang Budaya dan Tradisi Komunitas Tionghoa di Kampung Kapitan Palembang
Laksa Tangerang: Jejak Rasa Peranakan Tionghoa dalam Semangkuk Kuliner Ikonik
Bakcang, Kisah tentang Tradisi dan Akulturasi Budaya Tionghoa di Indonesia
Menilik Keharmonisan Etnis dan Budaya antara Tionghoa dan Dayak di Kalimantan