GAZA (Kepri.co.id – Xinhua) – Warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza, telah melampaui 43.000 jiwa. Demikian disampaikan otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza dalam sebuah pernyataan pada Senin (28/10/2024).
Baca Juga: Kelaparan di Gaza Semakin Parah saat Kelangkaan Pangan Memburuk dan Bantuan Menyusut
Selama 48 jam terakhir, militer Israel telah menewaskan 96 orang dan melukai 277 lainnya. Sehingga, total korban tewas mencapai 43.020 orang dan korban cidera 101.110 orang sejak konflik Palestina-Israel pecah pada awal Oktober 2023, imbuh otoritas kesehatan itu.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Gaza, Palestina. (XHTV)
Sejumlah korban masih terjebak di bawah puing-puing, dan ambulans maupun tim pertahanan sipil belum dapat menjangkau mereka, papar pernyataan itu.
Baca Juga: Perjuangan Pengungsi Palestina Bertahan Hidup di Tengah Gencarnya Serangan Israel di Gaza
“Saya mengungsi ke Al-Aqsa dengan berjalan kaki. Awalnya kami tidak punya tenda, karena saat kami mengungsi dari Shujaiya, kami tidak dapat membawa apa pun. Seluruh area Shujaiya menjadi sasaran. Selama perang ini, saya menjalani masa-masa terburuk dalam hidup saya karena di sini tidak ada kehidupan,” ujar pengungsi perempuan Palestina, Huda Al-Sirsik.
“Kami menderita karena miskin serta kekurangan makanan, air, pakaian, dan bahkan tempat tidur yang layak. Kami bersepuluh tidur di atas satu kasur. Anak-anak perempuan hanya menggelar selimut untuk alas tidur. Dan Anda bertanya tentang kehidupan saya selama perang? Tidak ada kehidupan.”
Baca Juga: Konflik Berkepanjangan di Gaza Ungkap Sikap “Bermuka Dua” Washington di Timur Tengah
Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/ IDF) mengatakan, dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa pasukannya melanjutkan serangan tertarget di Gaza tengah dan selatan, menewaskan militan bersenjata dan menghancurkan infrastruktur mereka.
Sebelumnya pada Senin (28/10/2024) yang sama, IDF mengeklaim pihaknya telah menahan sekitar 100 militan dalam sebuah operasi di Rumah Sakit Kamal Adwan di Jabalia, Gaza utara.
“Kami melarikan diri dari kematian, tetapi itu tidak ada gunanya, karena kematian membuntuti kami dari satu tempat ke tempat lain. Saya lolos dari kematian lebih dari satu kali. Sekarang, kami mengandalkan makanan dari organisasi amal. Itulah andalan utama kami,” ujar pengungsi perempuan Palestina, Nisma Al-Jilda. (hen/ xinhua-news.com)