Studi Ungkap Penggunaan Media Sosial Dapat Bantu Cegah Depresi

Seorang warga desa lanjut usia, bernyanyi dengan teman-temannya melalui WeChat dengan ponsel pintar di Desa Palian, Tengchong, Provinsi Yunnan, China barat daya, pada 17 Agustus 2020. (F. Xinhua/Hu Chao)

TIANJIN (Kepri.co.id – Xinhua) – Menggunakan media sosial dapat membantu mencegah atau mengurangi gejala depresi di kalangan orang paruh baya dan lanjut usia (lansia), menurut sebuah studi di China yang diterbitkan dalam jurnal internasional Translational Psychiatry.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin Qi Yanling, profesor di Universitas Nankai di Tianjin, menganalisis data dari Studi Longitudinal Kesehatan dan Pensiun China. Survei panel yang sedang berlangsung ini, berfokus pada penduduk China berusia 45 tahun ke atas.

Baca Juga: Rumah Terapi Kaki THZ Tera-P90, 30 Menit Cegah Stroke Sejak Dini

Dalam sebuah studi yang dilakukan tahun 2018 dan kembali dilakukan tahun 2020, tim peneliti itu menguji hubungan antara penggunaan media sosial dan gejala depresi.

Mereka menguji hubungan jangka panjang antara aktivitas media sosial dasar dari 9.121 responden, yang tidak melaporkan gejala depresi tahun 2018, serta aktivitas media sosial dan gejala depresi yang mereka laporkan selama dua tahun berikutnya.

Dalam periode yang sama, mereka juga mengevaluasi apakah penggunaan media sosial, termasuk penggunaan platform obrolan daring, gim, dan belanja, dapat membantu meringankan gejala depresi di antara 5.302 orang yang disurvei, melaporkan gejala-gejala tersebut tahun 2018.

Baca Juga: Ilmuwan China Sebut Aplikasi Robot Mikro-Nano Dalam Bidang Biomedis Miliki Masa Depan Cerah

Di antara responden yang awalnya tidak melaporkan ada gejala depresi, mereka yang terlibat dalam aktivitas media sosial memiliki kemungkinan 24 persen lebih rendah mengembangkan gejala depresi.

Di antara responden yang melaporkan gejala depresi tahun 2018, mereka yang terlibat dalam tiga atau lebih dari tujuh aktivitas media sosial yang diukur, seperti mengobrol daring, membaca berita, menonton video, bermain gim, pembayaran seluler, menggunakan WeChat, dan mengunggah momen di WeChat, dalam periode dua tahun tersebut, memiliki kemungkinan 1,24 kali lebih besar kembali ke kondisi nondepresi, dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan media sosial.

Selain itu, individu yang selalu aktif di media sosial, terlibat dalam aktivitas media sosial tahun 2018 dan 2020, memiliki kemungkinan 1,36 kali lebih besar merasakan perubahan positif.

Qi menyatakan, pesatnya peningkatan proporsi penduduk lansia di China, masalah depresi di kalangan lansia akan semakin menjadi perhatian utama. Dia menyarankan, agar perhatian khusus diberikan kepada kelompok yang rentan, terutama para lansia, wanita, serta penduduk berpenghasilan rendah dan warga pedesaan.

Dirinya menganjurkan, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang hemat biaya. Seperti ponsel bersubsidi dan data seluler untuk lansia, serta peredaran konten pendidikan kesehatan terkait depresi di media sosial.

Statistik resmi menunjukkan, penduduk China berusia 60 tahun ke atas tahun 2023 mencapai 297 juta jiwa, menyumbang 21,1 persen dari total populasi negara tersebut.

Menurut Komisi Kesehatan Nasional China, tingkat prevalensi depresi di China tercatat di level 2,1 persen tahun 2019, sementara tingkat prevalensi gangguan kecemasan sebesar 4,98 persen. (hen/ xinhua- news.com)