Batam  

Kesal 6 Bulan Air Tak Mengalir, Warga Unjuk Rasa Bawa Keranda

Warga Perumahan Cipta Green Mansion dan Woodland RW 005 Kelurahan Tanjung Pinggir menggelar aksi protes 6 bulan air tak mengalir ke perumahan mereka, Minggu (10/10/2023). (F. amr)

BATAM (Kepri.co.id) – Warga Perumahan Cipta Green Mansion dan Woodland, RW 005 Kelurahan Tanjung Pinggir, Kecamatan Sekupang, Kota Batam, kesal enam bulan air tak mengalir di perumahan mereka. Kekesalan warga ini, diungkapkan dengan unjuk rasa membawa keranda di komplek perumahan, Minggu (10/10/2023).

Ratusan Warga di perumahan tersebut menggelar aksi menuntut janji Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Batam/ PT Air Batam Hulu – Hilir (ABH-ABHI) untuk mengalirkan kan air ke perumahan yang selama ini mati total.

Aksi tersebut dilakukan atas kekecewan warga terhadap SPAM Batam yang selama ini, warga tidak mendapat aliran air selama bertahun. Aksi ini dilakukan di perumahan cipta green mansion, Minggu (10/10).

Dengan melakukan orasi kekecewaan, berbagai tulisan kekesalan warga, pemasangan karangan bunga, dan mengangkat keranda yang bertulisan telah meninggal air kami, bahkan warga sampai mandi dan cuci baju di parit dekat perumahan.

“Enam bulan itu mati total, artinya tidak ada setetespun. Tapi, sebenarnya masalah air ini sudah bertahun dirasakan warga,” sebut Yuspin, selaku Rukun Tetangga (RT) di perumahan tersebut.

Lanjutnya, keluhan itu sudah sering disampaikan ke pemerintah dan ke pihak pengelola air yaitu PT Air Batam Hilir (ABHI).

“Sudah sampai kami berdialog dengan pihak pemerintah dan penyedia air, tapi mereka hanya janji-janji saja. Buktinya, sudah enam bulan belum ada hasilnya,” katanya.

Yuspin berharap, pihak pemerintah dan penyedia air yaitu PT Air Batam Hilir secepatnya menindaklanjuti masalah air ini.

“Kalau air tetap tidak hidup dalam beberapa hari ini, warga dari RW 005 Kelurahan Tanjung Pinggir, Kecamatan Sekupang, akan turun melakukan aksi demo di Kantor Walikota Batam,” tegasnya.

Yuspin mengatakan, kondisi mati air ini dialami dua perumahan di RW 005 tersebut, ada sekitar 1.000 kartu keluarga (kk) tinggal di dua perumahan ini.

Sementara itu, salah seorang warga menyebutkan, kondisi air yang mati itu menyebabkan pihaknya kesusahan, bahkan harus membeli tengki untuk penampung air, yang dibeli ke penjual air-air tengki untuk mandi dan masak.

“Kami sekali empat hari harus beli air dengan harga Rp 100 ribu, supaya bisa mandi, buang air kecil atau besar, dan masak,” katanya. (amr)