China Luncurkan Robot “Ahli Kimia” yang Siap Memacu Transformasi Laboratorium Sains

Zhao Luyuan, seorang mahasiswa PhD berusia 26 tahun, memperkenalkan ahli kimia robotik Luke di laboratorium Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China (University of Science and Technology of China/ USTC) di Hefei, Provinsi Anhui, China timur, pada 29 Oktober 2024. (F. Xinhua/Zhang Duan)

HEFEI (Kepri.co.id – Xinhua) – Bayangkan seorang asisten laboratorium dengan daya komputasi dan operasional setara 10 mahasiswa PhD, mampu bekerja di lingkungan ekstrem seperti Mars.

Visi ini telah menjadi kenyataan di Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China (University of Science and Technology of China/ USTC). Di universitas tersebut, tim ilmuwan mengembangkan ahli kimia robotik, yang mereka namakan Luke.

Baca Juga: Ilmuwan China Kembangkan Robot Humanoid dengan Ekspresi Wajah yang Realistis

Dibuat dengan rangka badan atas putih ramping, dua lengan robotik, dan komponen-komponen canggih seperti sistem visual, platform komputasi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI), dan perangkat lunak interaksi manusia-mesin, Luke menangani tugas-tugas rumit.

Seperti menuangkan cairan dan menggiling benda padat, sembari secara mandiri merancang eksperimen dan menguji hipotesis.

Dibandingkan dengan manusia, Luke dapat melakukan eksperimen tanpa henti, mencapai presisi 0,1 Milimeter dalam pengoperasiannya.

“Yang paling luar biasa adalah kapasitas Luke untuk belajar dan menganalisis,” kata Zhao Luyuan, seorang mahasiswa PhD berusia 26 tahun yang telah mengerjakan proyek ini selama lebih dari tiga tahun.

“Luke dapat belajar dari 50.000 makalah akademis dalam dua pekan dan memverifikasi lebih dari 3,76 juta formulasi eksperimental dalam enam pekan.”

Baca Juga: Ilmuwan China Sebut Aplikasi Robot Mikro-Nano Dalam Bidang Biomedis Miliki Masa Depan Cerah

“Robot menjadi alat yang efektif bagi para ilmuwan. Berikan mereka masalah ilmiah, dan mereka dapat merancang eksperimen, menyelesaikannya dengan efisiensi dan presisi tinggi, dan menawarkan solusi yang dioptimalkan,” ujar Jiang Jun, seorang profesor di Fakultas Ilmu Kimia dan Material di bawah USTC.

Sejak tahun 2023 lalu, para ahli kimia AI yang dikembangkan di universitas ini telah mencapai tonggak penting, termasuk menciptakan katalis untuk menghasilkan oksigen berdasarkan meteorit Mars, sebuah langkah untuk memungkinkan manusia tinggal di Mars dalam jangka panjang.

Robot-robot ini juga meneliti lapisan film organik, untuk teknologi antipemalsuan uang dan konversi batu bara menjadi minyak yang hemat biaya.

Menurut Jiang, AI mendorong revolusi di bidang penelitian ilmiah, memungkinkan para ilmuwan menerobos batasan fisik dan mental, meningkatkan produktivitas secara eksponensial, serta mempercepat penemuan ilmiah.

Proyek-proyek ahli kimia robotik telah menjadi pusat penelitian global, yang menarik minat dari berbagai institusi di negara-negara seperti Inggris, Swiss, dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Operasi Robotik Jarak Jauh Sukses Dilakukan di Xinjiang oleh Dokter Bedah Berjarak 5.000 Km

Pengembangan ini sejalan dengan upaya China dalam mengembangkan robot humanoid, sebuah konvergensi teknologi AI, manufaktur kelas atas, dan material baru.

China menargetkan untuk membangun sebuah sistem inovasi awal untuk robot humanoid tahun 2025, menurut sebuah pedoman dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China.

Tahun 2027, negara itu akan memiliki sistem industri dan rantai pasokan yang aman dan andal, sementara produk-produk terkait akan sangat terintegrasi ke dalam ekonomi riil.

Menurut sebuah laporan yang dirilis dalam Konferensi Industri Robot Humanoid China (Chinese Humanoid Robot Industry Conference) pertama pada April 2024, skala pasar industri robot humanoid di China diprediksi mencapai 75 miliar Yuan (1 Yuan = Rp2.218) tahun 2029, menyumbang 32,7 persen dari total global.

Terlepas dari kemajuan-kemajuan ini, masih ada berbagai tantangan yang harus dihadapi.

Baca Juga: Startup Kendaraan Swakemudi China Rilis Robotaxi

Sun Tao, seorang profesor di Fakultas Teknik Mesin di Universitas Tianjin, mengatakan, masih perlu peningkatan dalam daya tahan baterai, pengambilan keputusan, dan kemampuan interaksi alami sebelum robot humanoid dapat digunakan dalam skala besar.

Namun, bagi Jiang, makna sesungguhnya dari kemunculan rekan robotiknya adalah potensinya untuk memberikan kebebasan kepada para ilmuwan manusia agar dapat berinovasi lebih besar, memberi mereka waktu untuk mengejar impian dan penemuan yang mendorong batas-batas imajinasi. (hen/ xinhua-news.com)