BATAM (Kepri.co.id) – Badan Pengusahaan (BP) Batam melalui Badan Usaha Pelabuhan (BUP) BP Batam melakukan modernisasi pelabuhan barang maupun penumpang, sebagai penunjang memperkuat perekonomian Batam menuju kota baru.
Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Muhammad Rudi pun terus mengupayakan transformasi Pelabuhan Batam, baik pelabuhan kargo maupun penumpang guna memperkuat nadi ekonomi menuju Batam Kota Baru.
Terlebih berada di lintasan jalur perdagangan dunia, Selat Malaka, Batam menyimpan sederet potensi berkembang menjadi hub logistik internasional.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Kota Batam tahun 2022 sebesar 6,84 persen berhasil mengungguli tingkat pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,31 persen.
Dari sisi nilai ekspor, Batam menyumbang 79,3 persen dari total ekspor Provinsi Kepri sebesar 19,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp303 triliun.
Berbagai komoditas ekspor yang didominasi mesin/ peralatan listrik, pesawat mekanik, minyak hewan/ nabati, dikirim dari Batam ke negara tujuan. Mulai dari Singapura, Malaysia, China, Denmark, dan India. Komoditas tersebut, dikirim melalui pelabuhan kargo utama di Batam.
Pelabuhan tersebut antara lain Pelabuhan Batuampar dengan nilai ekspor 9,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp153 triliun, Pelabuhan Sekupang dengan nilai ekspor 2,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp38 triliun, dan Pelabuhan Kabil dengan nilai ekspor 1,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp24,7 triliun.
Nilai ekspor ini tak lepas dari sokongan 30 Kawasan Industri di Batam, terdiri dari industri manufaktur dan jasa. Bahkan, menurut data BPS, dari total Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Batam tahun 2022 mencapai Rp194,84 triliun, distribusi terbesar menurut lapangan usaha didominasi industri manufaktur 58,05 persen.
“BP Batam menyadari sebagai penyokong perekonomian Kota Batam, pembangunan infrastruktur dan suprastruktur Pelabuhan Batam harus menjadi prioritas,” ujar Direktur Badan Usaha Pelabuhan BP Batam, Dendi Gustinandar, Senin (4/12/2023).
Salah satu wujud transformasi Pelabuhan Batam adalah melalui kerja sama pembangunan, pengoperasian dan pengembangan Terminal Peti Kemas (TPK) Batuampar.
BP Batam menggandeng PT Pengusahaan Daerah Industri (Persero) Batam, guna mewujudkan Pelabuhan Batuampar sebagai internasional transhipment port (hub logistic), memanfaatkan lintasan jalur perdagangan dunia, Selat Malaka.
Kerja sama ini dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama telah dimulai per 1 November 2023 lalu hingga Juli 2025. Pada tahap ini, PT Persero Batam akan mewujudkanTPK Batuampar menjadi domestic transhipment port.
Artinya, barang-barang domestik akan dikumpulkan di TPK Batuampar sebelum dikirimkan ke tujuan pulau lainnya dalam wilayah Indonesia.
Sedangkan tahap kedua, yang rencananya dimulai Agustus 2025, PT Persero Batam telah menyiapkan sederet rencana pengembangan TPK Batuampar menjadi direct call terminal. Artinya, kapal-kapal dengan draught besar dapat melakukan kegiatan bongkar muat di TPK Batuampar, sehingga tidak perlu lagi transit di pelabuhan hub lainnya.
“Pada tahap dua ini, TPK Batuampar akan dilakukan pengembangan infrastruktur dengan perluasan lapangan penumpukan menjadi 12 hektare. Selain itu, kolam dermaga utara juga akan diperdalam hingga -12 mLWs. Dari segi suprastruktur akan dilengkapi 5 quay crane, 2 HMC, 12 RTG, dan 20 terminal truck,” kata Dendi.
Pada tahap tiga yang akan dimulai Agustus 2025, TPK Batuampar akan dikembangkan sebagai international transhipment port atau hub logistik internasional.
Guna mewujudkan target tersebut, lapangan penumpukan TPK Batuampar akan diperluas menjadi 32 hektare, dermaga akan diperpanjang hingga 1,6 Kilometer (Km), dan peralatan bongkar muat akan dipercanggih sehingga meningkatkan efisiensi pelayanan bongkar muat.
“TPK Batuampar akan memiliki 11 quay crane, 2 HMC, 27 RTG, dan 56 terminal truck untuk mengakomodir 1,6 juta TEUs kontainer dengan total investasi Rp3,8 triliun,” lanjutnya.
Dendi menegaskan, Batam harus mengambil potensi international transhipment port yang saat ini masih didominasi pelabuhan di Singapura (32,3 juta TEUs), Busan (12,2 juta TEUs), Tanjung Pelepas (10,6 juta TEUs), dan Port Klang (8,4 juta TEUs).
Tiga dari pelabuhan transhipment dunia tersebut, memiliki kesamaan dengan Batam, yakni sama-sama berada di jalur tersibuk di dunia, Selat Malaka yang dilintasi 90.000 kapal per tahun.
“Kami membutuhkan dukungan semua pihak, agar mimpi mewujudkan Batam sebagai hub logistic internasional dapat tercapai. Jika Pelabuhan Batuampar dikembangkan lebih baik lagi, perekonomian Batam khususnya dan Indonesia secara umum meroket. Kawasan industri yang ada di Batam, dapat berkembang dengan terbukanya pintu-pintu perdagangan dunia secara langsung,” ujarnya.
BP Batam, masih Dendi, terus melakukan evaluasi pengelolaan TPK Batuampar oleh PT Persero Batam setiap minggu. Dari evaluasi tersebut, ditemukan kecepatan waktu sandar kapal (berthing time) di TPK Batuampar ,meningkat sebesar 44 persen dengan penggunaan ship to ship (STS) crane dan HMC.
“Jika sebelumnya rata-rata waktu sandar kapal untuk membongkar 100-600 box kontainer membutuhkan 48-52 jam, kini hanya menjadi 9-22 jam,” jelasnya.
Selain pengembangan Pelabuhan Batuampar sebagai wujud transformasi Pelabuhan Batam, BP melalui Badan Usaha Pelabuhan juga memprioritaskan pelayanan yang merata bagi seluruh pengguna jasa, termasuk penumpang kapal fery. Berada di gugusan pulau-pulau dalam wilayah Provinsi Kepri, Batam menjadi pintu gerbang domestik dan internasional.
Terdapat lima pelabuhan internasional dan tiga pelabuhan domestik di Kota Batam, yang berada dalam wilayah kerja BP Batam. Untuk itu, peningkatan pelayanan merupakan program prioritas yang dicanangkan Kepala BP Batam.
“Pada 14 November 2023 lalu, Badan Usaha Pelabuhan telah meluncurkan penerapan e-ticketing dan pembayaran non tunai di dua terminal domestik antara lain Terminal Domestik Sekupang dan Terminal Domestik Telaga Punggur,” jelas Dendi.
Penerapan e-ticketing dan cashless payment di Pelabuhan Domestik di Batam ini, digadang-gadang menjadi yang pertama di Provinsi Kepri.
Dengan transformasi digital ini, calon penumpang menjadi lebih mudah melakukan pemesanan dan pembayaran tiket kapal domestik. Penumpang juga tidak perlu antre membeli tiket kapal, saat musim puncak liburan serta dapat memonitor jadwal kapal secara real time.
Perlahan tapi pasti, Pelabuhan Batam tengah berbenah menjadi lebih baik, demi mendukung Batam Kota Baru. (rud)