JAKARTA (Kepri.co.id) – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Batam membentuk Tim Pariwisata Batam, untuk memperjuangkan Visa on Arrival (VoA) wisatawan mancanegara turun 50 persen.
Tim Pariwisata Batam yang diketua Kadin Batam, Jadi Rajagukguk telah mengadukan penurunan VoA dari Rp500 ribu menjadi Rp250 ribu ini, kepada Dirjen Imigrasi Pusat, Silmy Karim di Jakarta, Senin (4/12/2023).
“Banyak pelaku industri pariwisata yang sudah sejak lama mengeluhkan persoalan ini. Pasca berakhirnya pandemi Covid 19 yang hampir tiga tahun, menghantam berbagai sendi ekonomi termasuk sektor pariwisata di Batam,” ujar Jadi.
Stakeholder industri kepariwisataan, kata Jadi, berharap pemulihan segera bisa direalisasikan dengan berbagai treatment baru terhadap industri ini. Namun, spirit kebangkitan pariwisata ini, sepertinya kontraproduktif terhadap berbagai fakta yang terjadi di lapangan.
Hari ini industri pariwisata Batam terpukul meroketnya harga tiket ferry penyeberangan Batam-Singapura dan Batam-Johor, Malaysia.
Kondisi ini semakin diperparah lagi dengan pemberlakuan VoA dengan besaran Rp500 ribu sekali kunjungan ke Batam, untuk berbagai turis mancanegara, yang banyak stay di negara tetangga Singapura dan Malaysia.
Pertemuan ini menjadi ruang menyuarakan secara langsung kegelisahan para pelaku industri pariwisata yang ada di Batam. Para delegasi yang berangkat beraudiensi dan berdiskusi ini adalah representasi berbagai sektor industri pariwasata Batam.
Seperti jasa tour and travel, industri golf, pusat belanja dan mal, industri hotel dan restoran, pramu wisata, dan lain-lain.
Rombongan tim pariwisata ini dipimpin langsung Ketua Kadin Batam yang sekaligus menjadi Ketua Tim Pariwisata Batam, Jadi Rajagukguk.
Kesempatan ini telah lama kita nantikan, pertemuan membahas persoalan ini telah kita mulai sejak 30 Januari 2023, di mana para pelaku industri pariwisata di Batam datang ke Kadin Batam, memperbincangkan permasalahan yang mereka hadapi,” ungkap Jadi.
Setelah berjuang berulang kali di daerah dengan melakukan berbagai pertemuan dengan Pemerintah Daerah di Batam dan Kepri, namun belum ada solusi kongkrit atas tarif VoA ini.
“Kali ini kami datang langsung bertemu Dirjen Imigrasi Pusat, berharap dapat berdiskusi konstruktif sekaligus mencari solusi terbaik memajukan industri pariwisata Batam,” ujar Ketua Kadin Batam yang juga merupakan Ketua DPW Partai Perindo ini.
Seperti diketahui, pariwisata salah satu sendi kehidupan ekonomi di Batam. Kadin Batam pernah mencanangkan tahun pariwisata pada 2018-2019 di Batam.
Hal ini cukup beralasan, mengingat Kota Batam menempati urutan ketiga kunjungan wisatawan setelah Jakarta dan Bali.
Namun, sejak diberlakukannya VoA, kunjungan turis mancanegara ke Batam berkurang. Mereka lebih memilih alternatif ke Johor Malaysia dan Thailand ataupun Vietnam. Karena menganggap biaya ke Batam mahal.
“Kali ini kami datang langsung dengan sebuah harapan, agar Batam mendapatkan perhatian khusus akan permasalahan krusial ini,” harap Jadi.
Hal senada disampaikan Ms Khong selaku pihak tour and travel yang konsen membawa rombongan wisatawan dari Korea ke Batam selama ini.
Dulu, kunjungan wisatawan Korea bisa 10 kali lipat dari yang ada saat ini.
“Kita berharap, segera ada terobosan baru memulihkan iklim pariwisata ini,” harap Ms Khong.
Dirjen Imigrasi, Silmy Karim dalam kesempatan pertemuan ini, menyampaikan, Dirjen Imigrasi sudah menyampaikan surat ke Kementerian Keuangan perihal upaya penurunan tarif VoA 50 persen menjadi Rp250 ribu.
“Semoga awal tahun depan, sudah ada keputusan terbaik yang bisa membuat kita tersenyum bahagia. Kita berjuang bersama mewujudkan Kota Batam yang ramah dan murah bagi wisatawan, namun tidak murahan. Agar perekonomian Batam semakin maju di masa depan,” tutupnya. (amr)