JAKARTA (Kepri.co.id) – Tokoh senior organisasi pendiri Partai Golkar, SOKSI (Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia), Robinson Napitupulu mempertanyakan wacana kebijakan yang bakal diterapkan Ketua Umum Golkar, BL dalam penyusunan pengurus DPP Partai Golkar.
Ia menilai, wacana BL memberi tempat pada generasi muda cukup baik, tapi jangan meminggirkan generasi senior. Hal itu diungkapkan Robinson Napitupulu melalui keterangan tertulis pada Rabu (4/9/2024).
Baca Juga: Berikan Rekom Kader Maju Pilkada, Senior SOKSI Sebut Ketum Bahlil Berhasil Solidkan Golkar
“Saya setuju konsepnya memberi tempat generasi muda Partai Golkar dalam kepengurusan. Namun, saya tidak setuju penyusunan kepengurusan DPP Partai Golkar, tanpa melibatkan dan ada tendensi menyingkirkan para senior yang telah berjasa membesarkan Partai Golkar,” ujar Robinson.
Ia menekankan, sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar, BL seharusnya menciptakan alih generasi tanpa meminggirkan faktor kesinambungan.
Prosesnya haruslah berjalan secara alami. Jangan kemudian, BL memaksakan kebijakan yang berlawanan dengan nuansa politik di internal Partai Golkar.
“Faktor kesinambungan perlu diperhatikan. Tidak boleh langsung begitu saja. Saya pikir, proses alih generasi harus berjalan secara alamiah, sebagaimana yang sudah dilakukan ketua umum sebelum-sebelumnya. Faktor unsur Trikaya sebagai Ormas pendiri juga patut dipertimbangkan, diakomodir dalam kepengurusan, jika ingin partai ini solid,” sambungnya.
Robinson memperingatkan, BL atas arogansi yang ditunjukkannya belakangan ini. Selain persoalan komposisi kepengurusan, Robinson melihat rekomendasi Pilkada yang telah diberikan DPP Partai Golkar di berbagai daerah. telah memantik konflik internal. Menurutnya, persoalan ini tak begitu baik untuk Partai Golkar ke depan.
“Saya selaku kader senior SOKSI dan Partai Golkar sejak tahun 1976, tidak bisa menerima sikap arogansi yang diperlihatkan Bapak BL, sejak beliau terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar 21 Agustus 2024 lalu. Walau keterpilihannya secara aklamasi dan diberi mandat sebagai formatur tunggal. Menurut saya, hal itu berlebihan dan belum pernah terjadi dalam tradisi Golkar,” pungkas Robinson. {hen)